Cerpen Tema Secret Admirer
Three People and The Tragedy
Oleh : Gotchagrass
November
2011 adalah tragedi besar bagi tiga orang itu. Kesedihan, ambisi, obsesi,
ketakutan semuanya ada pada saat itu. Dan itu semua sudah tercatat dan tidak
akan terlupakan.
˖⋆࿐໋₊
Seperti hari biasa Park Hira
mendapat sepucuk surat dengan amplop hitam di lokernya. Hira sampai bingung
memikirkan tentang bagaimana cara si pengirim, hingga bisa membuka lokernya.
Hira tidak begitu terganggu dengan
keberadaan surat misterius setiap harinya. Karena, si pengirim tidak pernah
mengutak-atik barang-barang di lokernya.
Sekarang dia berada di kelas hendak
membuka amplop hitam itu dan membacanya seperti biasa. Tapi kali ini berbeda,
Hira bahkan sampai kaget ketika membaca pesan di dalam surat itu. Surat itu
mulai terlihat tak seperti biasanya.
Selasa, 12 November 2011
Park Hira, aku sangat menyukaimu.
Tapi di saat yang sama, aku juga membencimu. Alasannya adalah karena kamu tidak
pernah membalas surat dariku. Kenapa kamu menganggapku tidak ada? Padahal aku
ini ada dan akan selalu mengawasimu!
—HNB
Hira tersentak ketika selesai
membaca isi surat itu. Dia mulai merasakan firasat buruk berdatangan. Sontak
dia langsung melihat ke sekelilingnya, guna mencari seseorang yang
mencurigakan. Tapi nihil, dia tidak menemukan seorangpun yang terlihat
mencurigakan.
Hira langsung frustasi detik itu
juga. Berbagai pikiran buruk mulai mendatanginya.
Aku
benar-benar harus waspada mulai sekarang, ucap Hira dalam hati.
˖⋆࿐໋₊
Pagi ini saat dia memasuki gerbang
sekolah, Hira terlihat sangat tenang. Dia berusaha terlihat seolah-olah tidak
terjadi apapun. Lagipula kemarin dia sudah mengganti kunci lokernya, dan pasti
si pengirim tidak akan bisa menaruh surat di lokernya.
Namun kenyataannya tidak seperti
yang dia harapkan. Saat dia membuka lokernya, Hira tetap menjumpai sepucuk
surat dengan amplop hitam seperti biasanya.
Bagaimana
mungkin? Ini aneh sekali, batin Hira kebingungan.
Tanpa dia sadari, di kejauhan yang
mungkin juga tidak terlalu jauh dari tempat dia berdiri sekarang, tampak
sesosok laki-laki yang memperhatikan Hira sambil menampilkan senyum yang
mengerikan.
"Kamu tidak akan bisa lolos
dariku Park Hira," ucap laki-laki itu kemudian pergi begitu saja, setelah
puas melihat ekspresi Hira yang kebingungan.
˖⋆࿐໋₊
Rabu, 13 November 2011
Park Hira. Tolong ingat pesan
ini!
JANGAN PERNAH COBA-COBA
MENGHINDAR DARIKU, KAMU TIDAK AKAN BISA. AKU MELAKUKAN INI SEBAGAI BUKTI CINTA
AKU. TAPI KENAPA KAMU TERLIHAT TIDAK SENANG? BAHKAN KAMU MENGHINDAR.
Hira sungguh, aku menyukaimu. Kamu akan menjadi milikku bagaimanapun caranya.
–HNB
Begitulah isi surat yang Hira dapat
dari pengagum rahasianya itu.
Mengerikan. Ya, satu kata itu adalah
bagaimana cara Hira mendeskripsikan isi pesan tersebut. Hira merasa benar-benar
tidak aman. Di saat yang sama dia juga tidak tahu harus melakukan apa. Dia
takut, kebingungan, dan merasakan berbagai rasa yang bercampur aduk tidak
jelas.
Hira tahu betul kalau si pengirim
tidaklah lagi menyukainya dibatasan normal. Tapi kini sudah berubah menjadi
obsesi. Benar-benar obsesi yang berlebihan.
Hira merasa bodoh karena tidak tahu
langkah apa yang akan dia ambil selanjutnya.
"Ingin menangis saja
rasanya," ucap Hira pelan sambil menundukkan kepalanya.
Setelah menerima surat itu Hira
menjadi tidak fokus terhadap semua aktivitas yang dilakukannya. Dia benar-benar
terlihat kacau.
˖⋆࿐໋₊
"Kak," panggil Hira kepada
kakak laki-lakinya, Jaechan.
"Ada apa?" tanya Jaechan
dengan raut wajah bingung.
"Dua hari lagi.. kakak akan
berangkat kuliah ke Kanada?"
"Tentu saja," jawab
Jaechan.
"Apa tidak bisa lebih lama
disini?" tanya Hira penuh harap.
"Maaf, Ra. Tapi tidak
bisa," jawab Jaechan.
Mendengar jawaban dari kakak
laki-lakinya, Hira menjadi sedih. Dia merasa sedikit aman jika ada kakaknya,
tapi tidak lama lagi rasa aman itu akan segera lenyap. Dia masih takut perihal
pengagum rahasianya yang tidak waras itu. Hira ingin menceritakan hal ini
kepada Jaechan, namun Hira tidak mau membuat Jaechan khawatir.
Sebab itu pasti akan membuat Jaechan
gelisah saat kuliah di Kanada nantinya.
Semenjak kematian kedua orangtuanya
dulu. Jaechan sebagai anak sulung sangat menjaga Hira kecil. Dia sangat
protektif dan tidak ingin adiknya tergores sedikitpun.
Maka dari itu, kini Hira tidak ingin
membuat Jaechan mengkhawatirkan dirinya lagi.
"Ra, jangan sedih ya. Kakak
pasti akan selalu mengabarimu saat di Kanada nanti," ucap Jaechan.
"Aku gak sedih kok, kak. Aku
cuma pasti akan sedikit kesepian," jawab Hira berbohong.
"Kalau begitu ajak saja
beberapa temanmu untuk menginap jika kamu kesepian," saran Jaechan.
"Ah.. iya."
˖⋆࿐໋₊
Selasa, 19 November 2011
Kamu sedih karena kakakmu pergi?
Aku lupa kalau Jaechan payah itu sudah pergi beberapa hari yang lalu.
Hahaha, sekarang kamu hanya punya aku Park Hira.
—HNB
Setelah membaca pesan dalam surat
itu, segera saja Hira meremas kertas itu dan membuangnya ke tempat sampah. Dia
benar-benar muak dengan semua ini. Cukup sudah dia tidak ingin dipermainkan
dengan tulisan tak bermutu yang mengerikan.
"Dia pikir dia bisa melakukan
apa saja, huh?" desis Hira pelan sambil berjalan tergesa-gesa menuju
kelasnya.
Lagi-lagi untuk kesekian kalinya,
Hira tidak menyadari kalau dia diperhatikan sesosok laki-laki. Dia yang selalu
berdiri di tempat yang sama setiap paginya, untuk melihat reaksi penerima surat
yang dia berikan.
"Lihat saja, akan kubuktikan
aku bisa melakukan apapun untuk mendapatkanmu, Park Hira," ucap lelaki itu
dengan suara mengerikan sambil terkekeh pelan.
˖⋆࿐໋₊
Semakin hari isi surat itu semakin
gila. Ingin sekali rasanya Hira melaporkan hal ini kepada polisi. Namun, sekali
lagi dia enggan melakukannya. Dia tidak ingin kakaknya khawatir, karena
bagaimanapun juga jika dia lapor polisi, Jaechan pasti akan mengetahuinya juga.
Mengingat hanya Jaechan satu-satunya keluarga yang dimiliki Hira.
Surat hari ini benar-benar
memuakkan. Jika saja Hira memiliki mental yang lemah, mungkin dia sudah
melakukan aksi bunuh diri sejak lama. Tapi, Hira tidak sebodoh itu untuk
melakukan hal tersebut. Hira tidak akan sanggup meninggalkan Jaechan sendirian.
Hira sangat menyayangi kakaknya itu.
Akhirnya dia hanya bisa pasrah
menjalani semua keadaan yang menimpanya saat ini. Bodohnya Hira selalu saja
membaca pesan dalam surat yang dikirimkan pengagumnya itu.
Hira membaca kalimat awal pesan itu.
Kali ini aku tidak akan lagi
mengirimkan surat dengan menuliskan tanggal. Itu membuatku jenuh.
"Masa bodo," cibir Hira
pelan kemudian melanjutkan membaca pesan itu.
Aku selalu senang saat kamu
merasa ketakutan ketika membaca surat dariku. Ingat saja kalau aku selalu
memperhatikan kamu. Ketika kamu takut, kamu terlihat lebih cantik dan aku
semakin menyukaimu. Aku ingin membuatmu tunduk. Aku menyukaimu Park Hira.
—HNB
"Dia benar-benar sudah tak
waras! Orang aneh, aku tidak akan takut dengannya," ucap Hira yang mulai
tersulut amarah.
Detik itu juga Hira melihat sesosok
laki-laki yang dia kenal. Laki-laki itu tampak tersenyum ke arahnya. Sontak
Hira langsung mencurigai kalau dialah dalang semua ini.
Dengan langkah yang tergesa-gesa,
Hira mendatangi laki-laki itu dan langsung mengucapkan semua kekesalannya.
"Choi Sungyeo!" pekik
Hira.
Sementara sang empunya nama hanya
diam mematung, sekaligus menjadi bingung dan melunturkan senyumannya dengan
segera.
"Kenapa?"
"Jadi, selama ini kamu dalang
dari semuanya!" desis Hira kepada Sungyeo.
Sementara itu Sungyeo semakin dibuat
bingung dengan sikap aneh Hira.
"Dalang apa?" tanyanya
dengan raut wajah kebingungan.
"Ini! Kamu kan yang selama ini
mengirimkan surat aneh kepadaku! Kamu mau apasih?!" ucap Hira marah sambil
menyodorkan surat yang dia dapat tadi kepada Sungyeo.
Sungyeo mengambil amplop hitam itu
dengan ragu dan mengeluarkan suratnya. Dia benar-benar tidak mengerti kenapa
Hira mengira kalau dialah pengirimnya.
Sungyeo membacanya dengan perlahan,
dan secara perlahan juga dia membulatkan bola matanya ketika dia membaca pesan
itu.
"Sudah hilang akal," hanya
itu kalimat yang keluar dari mulut Sungyeo setelah membaca pesan di surat itu.
"Kamu memang hilang akal, Yeo!
Aku gak nyangka kalo kamu.. hiks," ucapan Hira mulai terdengar tidak jelas
karena isakannya. Hira menangis sambil menundukkan kepalanya.
Melihat hal itu Sungyeo menggenggam
tangan Hira perlahan dan membawanya menuju halaman belakang sekolah. Sungyeo
pikir tidak ada salahnya jika membolos sekali saja, karena saat ini keadaan
Hira memang mengkhawatirkan.
Sementara di tempat yang sama
seperti biasa, laki-laki pengirim surat itu hanya memperhatikan semua kejadian
di sana. Dia tersenyum puas melihat Hira, gadis yang dia sukai menangis.
"Well, ini akan seru. Tunggu
saja, sayang," ucapnya senang.
˖⋆࿐໋₊
"Ra, kamu kenapa?" tanya
Sungyeo saat mereka sudah berada di halaman belakang sekolah.
Sungyeo khawatir melihat Hira
menangis, bahkan tubuh gadis itu sampai gemetar. Hira terlihat ketakutan.
"K-kenapa.. kenapa kamu
pura-pura tak tahu apapun, Yeo?!" pekik Hira yang membuat dirinya semakin
banyak mengeluarkan air mata.
Sungyeo yang masih kebingungan
dengan keadaan ini hanya bisa menarik tubuh mungil Hira ke dalam pelukannya.
"Ra.. aku benar-benar gak tahu
kamu kenapa," bisik Sungyeo dengan lembut kepada Hira.
Hira tidak merespon apapun dia masih
terlalu sulit untuk mengatakan sesuatu.
"Jangan takut, Ra. Aku di sini
gak akan ninggalin kamu. Maaf aku benar-benar gak tahu apa yang menimpa kamu,"
ucap Sungyeo tulus.
Mendengar hal itu Hira mulai sedikit
tenang. Isakannya tak lagi terdengar. Dia melepaskan pelukan yang diberikan
Sungyeo, kemudian menatap mata Sungyeo. Hira berusaha mencari kebenaran dari
mata Sungyeo. Hira takut kalau Sungyeo berbohong. Namun, Hira tidak menemukan
celah kebohongan di mata Sungyeo. Setidaknya hal itu membuat Hira menjadi
sedikit lega.
"Y-yeo.. a-aku takut,"
ucap Hira dengan bersusah payah.
"Kenapa, Ra?" tanya
Sungyeo.
"Maaf, tadi aku udah marah sama
kamu. Aku beneran udah–" ucapan Hira terpotong karena Sungyeo memeluknya
lagi.
"Gak apa, Ra. Kamu tenangin
diri aja dulu. Nanti kamu cerita pelan-pelan, ya," ucap Sungyeo sambil
memeluk Hira.
Sementara Hira hanya menganggukkan
kepalanya sebagai jawaban. Kemudian melepaskan kembali pelukan Sungyeo.
"Makasih, Yeo," ucap Hira
sambil menundukkan kepalanya.
Sungyeo hanya diam tersenyum lembut
sebagai jawaban. Dia sedikit lega karena Hira tidak terlihat takut, dan
tubuhnya tidak lagi gemetar.
˖⋆࿐໋₊
Sungyeo sudah mengetahui masalah
yang dihadapi oleh Hira. Dia berusaha membantu Hira menemukan pengirim surat
tersebut.
Sungyeo meminta Hira untuk membuat
surat balasan kepada si pengirim dan menaruhnya di tempat yang sama dengan
tempat si pengirim menaruh suratnya.
Hari ini Hira menarik napas
dalam-dalam sebelum membuka lokernya. Dia agak takut untuk membaca surat
balasan dari si pengirim.
Dengan perlahan dia membuka pintu
lokernya. Kaget bukan main, di dalam lokernya terdapat potongan bangkai tikus
yang penuh darah, lengkap dengan sebuah pisau yang berlumuran darah. Hira
langsung mual melihat pemandangan lokernya yang seperti lautan darah.
"ASTAGA!" pekik Hira,
sedetik kemudian tubuhnya terjerembab ke lantai.
Sontak para siswa-siswi langsung
heboh melihat hal itu. Ditambah mereka juga melihat keadaan mengerikan di dalam
loker Park Hira.
˖⋆࿐໋₊
Ruangan serba putih langsung menyapa
indra penglihatan Hira saat membuka matanya. Sedetik setelahnya aroma
obat-obatan.
Saat kesadarannya benar-benar sudah
pulih dia berusaha mengambil segelas air mineral yang berada di nakas samping
ranjangnya. Namun, Hira langsung terfokus dengan amplop hitam di bawah gelas
tersebut.
Surat
ini?! batin Hira kaget.
Segera dia bangkit dan membaca isi
surat tersebut.
Halo, Ra.
Akhirnya kamu membalas suratku.
Aku senang sekali, sampai bersemangat untuk memotong tikus ini dan
memberikannya kepadamu.
Kamu benar-benar ingin bertemu denganku? Baiklah kita akan bertemu di Sungai
Han nanti malam. Ku tunggu kamu, ya.
Jangan sampai tidak datang!
—HNB
"Psikopat gila," ucap Hira
pelan sambil meremas surat tersebut.
Selang beberapa menit, Sungyeo
datang dengan raut panik terpampang jelas di wajahnya.
"Ra, u okay?" tanya
Sungyeo cemas.
"Gak apa-apa kok, aku mungkin
cuma syok aja," jawab Hira.
"Syukur deh, Ra. Aku tadi
khawatir banget pengen ke UKS. Tapi, tadi gak bisa bolos," ucap Sungyeo
dengan nada penyesalan.
"Gak masalah kok, Yeo,"
jawab Hira.
"Oh, iya. Kamu udah dapat
balasan dari pengagum rahasiamu itu?" tanya Sungyeo penasaran.
"Enggak ada, Yeo," jawab
Hira berbohong.
Meski begitu, ternyata Sungyeo
mempercayainya.M
Maaf,
Yeo.. aku harus berbohong, batin Hira menyesal.
Sebenernya Hira ingin memberitahu
semuanya kepada Sungyeo. Tapi, dia sudah terlalu sering merepotkan Sungyeo.
Maka dari itu, dia mengurungkan semua niatnya. Hira yakin dia bisa mengatasi
semua ini sendiri.
Nanti malam. Nanti malam dia akan
bertemu dengan pengagum rahasianya yang sudah hilang akal itu dan mengakhiri
semuanya.
˖⋆࿐໋₊
Pukul
23.00 KST di Sungai Han.
Di sana Hira
berdiri seorang diri sambil melihat pemandangan indah Sungai Han saat malam
hari. Hira menunggu si pengirim surat datang yang sampai sekarang tak kunjung
datang.
Namun,
tiba-tiba mendapat perasaan buruk bahwa di belakangnya ada seseorang. Lantas
dia menoleh ke belakang dan mendapati sesosok laki-laki dengan pakaian serba
hitam menutupi tubuhnya dari atas hingga bawah.
Meskipun
begitu Hira langsung mengetahui siapa laki-laki itu.
Han Nambok?!
Dia adalah
Han Nambok, temannya sejak SMP yang menyukainya, secara berlebihan. Hira pernah
menolaknya berkali-kali saat itu. Tapi, Nambok selalu saja melakukan hal gila.
Hingga akhirnya Hira dan Jaechan memutuskan untuk pindah ke Seoul.
Hira bahkan
kaget dan baru tahu kalau Han Nambok berada di Seoul dan bahkan satu SMA
dengannya. Hira bahkan tidak menyangka bahwa selama ini pengagum rahasianya
yang selalu mengirimkannya surat adalah Nambok. Mengetahui hal itu tubuh Hira
melemas seketika.
Detik itu
juga Hira menyadari bahwa di setiap surat yang dia dapat, bertuliskan inisial
pengirim dengan huruf HNB. Ternyata tiga huruf itu merupakan inisial dari nama
Han Nambok.
"N-nam..bok?"
ucap Hira tergagap.
"Kamu
kaget, Ra?" tanya Nambok sarkas.
"..."
"Kenapa
diam, huh? Dulu kan sudah kubilang kalau aku akan mendapatkanmu, bagaimanapun
caranya," ucap Nambok santai.
Dia
mendekati Hira yang tubuhnya sudah gemetar karena ketakutan. Namnok kembali
melanjutkan perkataannya, "Hal itu juga sudah tertulis di suratku bukan?
Apa kamu masih tidak percaya bahwa aku ini menyukaimu? Aku ingin kamu jadi
milikku, Ra."
"Han,
kamu benar-benar gila," ucap Hira kepada Nambok.
"Ya,
aku akui itu. Tapi aku gila karena kamu, Ra!" bentak Nambok.
"Han,
mengertilah. Aku tidak mencintaimu, itu akan sia-sia meskipun kamu mendapatkan
aku," ucap Hira perlahan.
"KALAU
BEGITU, TIDAK BOLEH ADA SEORANGPUN YANG MEMILIKIMU JIKA AKU TIDAK BISA!"
ucap Nambok dengan nada yang meninggi.
Mendengar
itu tubuh Hira kembali gemetar hebat, bahkan dia sudah menangis ketakutan.
"Bagaimana
jika kamu mati, Ra?" tanya Nambok dengan senyum mengerikan.
"H-hah?"
"Kamu
tidak bisa berenang kan? Bagaimana jika kau ku dorong ke bawah sana?" ucap
Nambok sambil melihat ke arah aliran air Sungai Han.
Hira
langsung merasa posisinya tidak aman, karena dia berada tepat di pinggir dekat
dengan Sungai Han.
"Kumohon
jangan lakukan itu, Han. Kamu akan masuk penjara nanti. Ayo, kita bicarakan
lagi baik-baik!" ucap Hira saking paniknya.
Namun
percuma, Nambok tidak mendengarkannya. Nambok justru berjalan semakin dekat ke
arahnya.
Hira hanya
memejamkan matanya tidak berani melihat bagaimana nantinya jika dia benar-benar
jatuh ke air.
satu detik.
dua detik.
tiga detik.
satu menit.
Karena tak
kunjung merasakan dinginnya air. Hira membuka matanya dan terkejut dengan
pemandangan yang dilihatnya. Di sana sudah terdapat banyak polisi, serta dia
melihat Nambok sudah diamankan oleh dua orang polisi. Terdapat juga sosok
Sungyeo yang sepertinya telah membawa para polisi kemari.
Hira lega
sekali karena Nambok telah ditangkap. Tapi dia sudah sangat lemas, semua
energinya terkuras habis saat menghadapi Nambok. Sedetik kemudian dia berlutut
dan menutupi wajahnya, dia menangis mengeluarkan ketakutannya dan perasaan
apapun yang terpendam di hatinya.
Tapi di saat
yang sama Nambok memberikan perlawanan terhadap polisi yang hendak membawanya.
Hingga akhirnya dia berhasil mengambil pistol milik salah satu polisi.
Nambok
langsung mengarahkan mulut pistol itu kepada Hira yang nampaknya tidak sadar
dengan situasi ini.
"Sudah
ku bilang, jika aku tidak bisa mendapatkan kamu. Maka orang lain juga tidak
akan pernah, Ra," ucap Nambok dan kemudian dia menekan pelatuk pistol itu
hingga pelurunya habis.
Suara
letupan peluru pistol itu terdengar jelas. Hira sampai membuka wajahnya dan
menoleh ke depan.
Di sana,
tepat di depannya dia melihat Sungyeo berdiri melindungi dirinya dari peluru
sambil tersenyum ke arahnya. Hira sangat kaget dan masih bingung melihat
kejadian itu. Lalu, detik berikutnya tubuh Sungyeo ambruk ke arahnya.
Hira
langsung mencoba menangkup badan besar itu. Hingga dia menyadari bahwa tubuh
Sungyeo telah mengeluarkan banyak darah karena peluru yang menembus tubuhnya.
"Ambulans!
Cepat panggil ambulans!" teriak Hira panik.
"Tolong
siapa saja! Hiks.. ambulans, bawakan ambulans ke sini, CEPAT!" jerit Hira
murka.
Hira memeluk
tubuh Sungyeo dengan erat, dia sangat sedih karena Sungyeo sampai tertembak
demi melindunginya.
"Yeo,
jangan tinggalin aku.. hiks... Kamu kuat kan , Yeo?" ucap Hira sambil
menangis tersedu.
Sungyeo
hanya tersenyum melihat Hira. Dia sangat senang bahwa gadis yang selama ini dia
cintai diam-diam itu selamat tanpa luka apapun.
"Ra,"
panggil Sungyeo.
"Hiks..
kenapa, Yeo? Kenapa kamu tolongin aku," ucap Hira histeris.
"Ra,
dengerin aku. Aku sekarang cuma pengen kasih tau kamu. Kalau sebenarnya aku menyukai
kamu, Ra. Tapi aku tidak berani menyatakannya," ucap Sungyeo lemah, namun
masih setia tersenyum.
"Hiks..
Yeo..."
"Mencintai
dalam diam tidak salah kan, Ra?" ucapnya sambil tertawa pelan mengabaikan
rasa sakitnya.
Hira tidak
menjawab perkataan Sungyeo dan masih saja menangis.
"Ra,
dengerin aku. Aku sayang kamu, tapi setelah ini kamu harus lanjutin kehidupan
kamu seperti biasa, tanpa aku. Jangan nangis ya, Ra," ucap Sungyeo yang
suaranya makin pelan.
"Yeo,
sebentar lagi ambulansnya datang. Kamu harus kuat dong, hiks," ucap Hira
sambil menangis.
"Aku
gak bisa, Ra. Selamat tinggal," ucap Sungyeo terakhir kalinya sambil
menunjukkan senyuman tulus.
"SUNGYEO,
BANGUN. HIKS.. BANGUN, YEO!!" jerit Hira, meskipun percuma. Sungyeo tidak
akan terbangun lagi.
Suara sirine
ambulans kemudian terdengar. Namun terlambat sudah, karena saat itu juga
Sungyeo menghembuskan napas untuk terakhir kalinya.
˖⋆࿐໋₊
Sungyeo
tewas, dia menghembuskan napas terakhirnya di dalam pelukan Hira. Sungyeo lega,
karena setidaknya dia sudah mengatakan perasaannya kepada Hira.
Sedangkan,
Han Nambok, dia mendekam di penjara dan dijatuhi hukuman seumur hidup. Dia
sudah mendapatkan hukumannya, meskipun tidak setimpal dengan apa yang telah dia
perbuat.
Dan untuk
Park Hira sendiri. Dia melanjutkan hidupnya sesuai dengan permintaan Sungyeo.
Tapi, dia sedikit menyesal, karena dia baru menyadari perasaannya kepada
Sungyeo.
"Yeo,
aku sayang kamu juga. Aku pergi dulu, nanti aku kembali lagi," ucap Hira
sambil menaruh buket bunga di atas makam Sungyeo.
"Sampai
jumpa di kehidupan selanjutnya, Choi Sungyeo."
Setelah
mengatakan hal itu, Hira berjalan meninggalkan area pemakaman. Hira pergi
dengan membawa secercah harapan untuk bisa menjalani hidupnya seperti biasa.
Meskipun tragedi itu masih sangat
membekas di memorinya.
─── ∙ ~εïз~ ∙ ───
Komentar
Posting Komentar