Cerpen Tema Secret Admirer

 

Three People and The Tragedy

Oleh : Gotchagrass


November 2011 adalah tragedi besar bagi tiga orang itu. Kesedihan, ambisi, obsesi, ketakutan semuanya ada pada saat itu. Dan itu semua sudah tercatat dan tidak akan terlupakan.

˖

Seperti hari biasa Park Hira mendapat sepucuk surat dengan amplop hitam di lokernya. Hira sampai bingung memikirkan tentang bagaimana cara si pengirim, hingga bisa membuka lokernya.

Hira tidak begitu terganggu dengan keberadaan surat misterius setiap harinya. Karena, si pengirim tidak pernah mengutak-atik barang-barang di lokernya.

Sekarang dia berada di kelas hendak membuka amplop hitam itu dan membacanya seperti biasa. Tapi kali ini berbeda, Hira bahkan sampai kaget ketika membaca pesan di dalam surat itu. Surat itu mulai terlihat tak seperti biasanya.

Selasa, 12 November 2011

Park Hira, aku sangat menyukaimu. Tapi di saat yang sama, aku juga membencimu. Alasannya adalah karena kamu tidak pernah membalas surat dariku. Kenapa kamu menganggapku tidak ada? Padahal aku ini ada dan akan selalu mengawasimu!

—HNB

Hira tersentak ketika selesai membaca isi surat itu. Dia mulai merasakan firasat buruk berdatangan. Sontak dia langsung melihat ke sekelilingnya, guna mencari seseorang yang mencurigakan. Tapi nihil, dia tidak menemukan seorangpun yang terlihat mencurigakan.

Hira langsung frustasi detik itu juga. Berbagai pikiran buruk mulai mendatanginya.

Aku benar-benar harus waspada mulai sekarang, ucap Hira dalam hati.

˖

Pagi ini saat dia memasuki gerbang sekolah, Hira terlihat sangat tenang. Dia berusaha terlihat seolah-olah tidak terjadi apapun. Lagipula kemarin dia sudah mengganti kunci lokernya, dan pasti si pengirim tidak akan bisa menaruh surat di lokernya.

Namun kenyataannya tidak seperti yang dia harapkan. Saat dia membuka lokernya, Hira tetap menjumpai sepucuk surat dengan amplop hitam seperti biasanya.

Bagaimana mungkin? Ini aneh sekali, batin Hira kebingungan.

Tanpa dia sadari, di kejauhan yang mungkin juga tidak terlalu jauh dari tempat dia berdiri sekarang, tampak sesosok laki-laki yang memperhatikan Hira sambil menampilkan senyum yang mengerikan.

"Kamu tidak akan bisa lolos dariku Park Hira," ucap laki-laki itu kemudian pergi begitu saja, setelah puas melihat ekspresi Hira yang kebingungan.

˖

Rabu, 13 November 2011

Park Hira. Tolong ingat pesan ini!

JANGAN PERNAH COBA-COBA MENGHINDAR DARIKU, KAMU TIDAK AKAN BISA. AKU MELAKUKAN INI SEBAGAI BUKTI CINTA AKU. TAPI KENAPA KAMU TERLIHAT TIDAK SENANG? BAHKAN KAMU MENGHINDAR.
Hira sungguh, aku menyukaimu. Kamu akan menjadi milikku bagaimanapun caranya.

–HNB

Begitulah isi surat yang Hira dapat dari pengagum rahasianya itu.

Mengerikan. Ya, satu kata itu adalah bagaimana cara Hira mendeskripsikan isi pesan tersebut. Hira merasa benar-benar tidak aman. Di saat yang sama dia juga tidak tahu harus melakukan apa. Dia takut, kebingungan, dan merasakan berbagai rasa yang bercampur aduk tidak jelas.

Hira tahu betul kalau si pengirim tidaklah lagi menyukainya dibatasan normal. Tapi kini sudah berubah menjadi obsesi. Benar-benar obsesi yang berlebihan.

Hira merasa bodoh karena tidak tahu langkah apa yang akan dia ambil selanjutnya.

"Ingin menangis saja rasanya," ucap Hira pelan sambil menundukkan kepalanya.

Setelah menerima surat itu Hira menjadi tidak fokus terhadap semua aktivitas yang dilakukannya. Dia benar-benar terlihat kacau.

˖

"Kak," panggil Hira kepada kakak laki-lakinya, Jaechan.

"Ada apa?" tanya Jaechan dengan raut wajah bingung.

"Dua hari lagi.. kakak akan berangkat kuliah ke Kanada?"

"Tentu saja," jawab Jaechan.

"Apa tidak bisa lebih lama disini?" tanya Hira penuh harap.

"Maaf, Ra. Tapi tidak bisa," jawab Jaechan.

Mendengar jawaban dari kakak laki-lakinya, Hira menjadi sedih. Dia merasa sedikit aman jika ada kakaknya, tapi tidak lama lagi rasa aman itu akan segera lenyap. Dia masih takut perihal pengagum rahasianya yang tidak waras itu. Hira ingin menceritakan hal ini kepada Jaechan, namun Hira tidak mau membuat Jaechan khawatir.

Sebab itu pasti akan membuat Jaechan gelisah saat kuliah di Kanada nantinya.

Semenjak kematian kedua orangtuanya dulu. Jaechan sebagai anak sulung sangat menjaga Hira kecil. Dia sangat protektif dan tidak ingin adiknya tergores sedikitpun.

Maka dari itu, kini Hira tidak ingin membuat Jaechan mengkhawatirkan dirinya lagi.

"Ra, jangan sedih ya. Kakak pasti akan selalu mengabarimu saat di Kanada nanti," ucap Jaechan.

"Aku gak sedih kok, kak. Aku cuma pasti akan sedikit kesepian," jawab Hira berbohong.

"Kalau begitu ajak saja beberapa temanmu untuk menginap jika kamu kesepian," saran Jaechan.

"Ah.. iya."

˖

Selasa, 19 November 2011

Kamu sedih karena kakakmu pergi? Aku lupa kalau Jaechan payah itu sudah pergi beberapa hari yang lalu.
Hahaha, sekarang kamu hanya punya aku Park Hira.

—HNB

Setelah membaca pesan dalam surat itu, segera saja Hira meremas kertas itu dan membuangnya ke tempat sampah. Dia benar-benar muak dengan semua ini. Cukup sudah dia tidak ingin dipermainkan dengan tulisan tak bermutu yang mengerikan.

"Dia pikir dia bisa melakukan apa saja, huh?" desis Hira pelan sambil berjalan tergesa-gesa menuju kelasnya.

Lagi-lagi untuk kesekian kalinya, Hira tidak menyadari kalau dia diperhatikan sesosok laki-laki. Dia yang selalu berdiri di tempat yang sama setiap paginya, untuk melihat reaksi penerima surat yang dia berikan.

"Lihat saja, akan kubuktikan aku bisa melakukan apapun untuk mendapatkanmu, Park Hira," ucap lelaki itu dengan suara mengerikan sambil terkekeh pelan.

˖

Semakin hari isi surat itu semakin gila. Ingin sekali rasanya Hira melaporkan hal ini kepada polisi. Namun, sekali lagi dia enggan melakukannya. Dia tidak ingin kakaknya khawatir, karena bagaimanapun juga jika dia lapor polisi, Jaechan pasti akan mengetahuinya juga. Mengingat hanya Jaechan satu-satunya keluarga yang dimiliki Hira.

Surat hari ini benar-benar memuakkan. Jika saja Hira memiliki mental yang lemah, mungkin dia sudah melakukan aksi bunuh diri sejak lama. Tapi, Hira tidak sebodoh itu untuk melakukan hal tersebut. Hira tidak akan sanggup meninggalkan Jaechan sendirian.

Hira sangat menyayangi kakaknya itu.

Akhirnya dia hanya bisa pasrah menjalani semua keadaan yang menimpanya saat ini. Bodohnya Hira selalu saja membaca pesan dalam surat yang dikirimkan pengagumnya itu.

Hira membaca kalimat awal pesan itu.

Kali ini aku tidak akan lagi mengirimkan surat dengan menuliskan tanggal. Itu membuatku jenuh.

"Masa bodo," cibir Hira pelan kemudian melanjutkan membaca pesan itu.

Aku selalu senang saat kamu merasa ketakutan ketika membaca surat dariku. Ingat saja kalau aku selalu memperhatikan kamu. Ketika kamu takut, kamu terlihat lebih cantik dan aku semakin menyukaimu. Aku ingin membuatmu tunduk. Aku menyukaimu Park Hira.

—HNB

"Dia benar-benar sudah tak waras! Orang aneh, aku tidak akan takut dengannya," ucap Hira yang mulai tersulut amarah.

Detik itu juga Hira melihat sesosok laki-laki yang dia kenal. Laki-laki itu tampak tersenyum ke arahnya. Sontak Hira langsung mencurigai kalau dialah dalang semua ini.

Dengan langkah yang tergesa-gesa, Hira mendatangi laki-laki itu dan langsung mengucapkan semua kekesalannya.

"Choi Sungyeo!" pekik Hira.

Sementara sang empunya nama hanya diam mematung, sekaligus menjadi bingung dan melunturkan senyumannya dengan segera.

"Kenapa?"

"Jadi, selama ini kamu dalang dari semuanya!" desis Hira kepada Sungyeo.

Sementara itu Sungyeo semakin dibuat bingung dengan sikap aneh Hira.

"Dalang apa?" tanyanya dengan raut wajah kebingungan.

"Ini! Kamu kan yang selama ini mengirimkan surat aneh kepadaku! Kamu mau apasih?!" ucap Hira marah sambil menyodorkan surat yang dia dapat tadi kepada Sungyeo.

Sungyeo mengambil amplop hitam itu dengan ragu dan mengeluarkan suratnya. Dia benar-benar tidak mengerti kenapa Hira mengira kalau dialah pengirimnya.

Sungyeo membacanya dengan perlahan, dan secara perlahan juga dia membulatkan bola matanya ketika dia membaca pesan itu.

"Sudah hilang akal," hanya itu kalimat yang keluar dari mulut Sungyeo setelah membaca pesan di surat itu.

"Kamu memang hilang akal, Yeo! Aku gak nyangka kalo kamu.. hiks," ucapan Hira mulai terdengar tidak jelas karena isakannya. Hira menangis sambil menundukkan kepalanya.

Melihat hal itu Sungyeo menggenggam tangan Hira perlahan dan membawanya menuju halaman belakang sekolah. Sungyeo pikir tidak ada salahnya jika membolos sekali saja, karena saat ini keadaan Hira memang mengkhawatirkan.

Sementara di tempat yang sama seperti biasa, laki-laki pengirim surat itu hanya memperhatikan semua kejadian di sana. Dia tersenyum puas melihat Hira, gadis yang dia sukai menangis.

"Well, ini akan seru. Tunggu saja, sayang," ucapnya senang.

˖

"Ra, kamu kenapa?" tanya Sungyeo saat mereka sudah berada di halaman belakang sekolah.

Sungyeo khawatir melihat Hira menangis, bahkan tubuh  gadis itu sampai gemetar. Hira terlihat ketakutan.

"K-kenapa.. kenapa kamu pura-pura tak tahu apapun, Yeo?!" pekik Hira yang membuat dirinya semakin banyak mengeluarkan air mata.

Sungyeo yang masih kebingungan dengan keadaan ini hanya bisa menarik tubuh mungil Hira ke dalam pelukannya.

"Ra.. aku benar-benar gak tahu kamu kenapa," bisik Sungyeo dengan lembut kepada Hira.

Hira tidak merespon apapun dia masih terlalu sulit untuk mengatakan sesuatu.

"Jangan takut, Ra. Aku di sini gak akan ninggalin kamu. Maaf aku benar-benar gak tahu apa yang menimpa kamu," ucap Sungyeo tulus.

Mendengar hal itu Hira mulai sedikit tenang. Isakannya tak lagi terdengar. Dia melepaskan pelukan yang diberikan Sungyeo, kemudian menatap mata Sungyeo. Hira berusaha mencari kebenaran dari mata Sungyeo. Hira takut kalau Sungyeo berbohong. Namun, Hira tidak menemukan celah kebohongan di mata Sungyeo. Setidaknya hal itu membuat Hira menjadi sedikit lega.

"Y-yeo.. a-aku takut," ucap Hira dengan bersusah payah.

"Kenapa, Ra?" tanya Sungyeo.

"Maaf, tadi aku udah marah sama kamu. Aku beneran udah–" ucapan Hira terpotong karena Sungyeo memeluknya lagi.

"Gak apa, Ra. Kamu tenangin diri aja dulu. Nanti kamu cerita pelan-pelan, ya," ucap Sungyeo sambil memeluk Hira.

Sementara Hira hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Kemudian melepaskan kembali pelukan Sungyeo.

"Makasih, Yeo," ucap Hira sambil menundukkan kepalanya.

Sungyeo hanya diam tersenyum lembut sebagai jawaban. Dia sedikit lega karena Hira tidak terlihat takut, dan tubuhnya tidak lagi gemetar.

˖

Sungyeo sudah mengetahui masalah yang dihadapi oleh Hira. Dia berusaha membantu Hira menemukan pengirim surat tersebut.

Sungyeo meminta Hira untuk membuat surat balasan kepada si pengirim dan menaruhnya di tempat yang sama dengan tempat si pengirim menaruh suratnya.

Hari ini Hira menarik napas dalam-dalam sebelum membuka lokernya. Dia agak takut untuk membaca surat balasan dari si pengirim.

Dengan perlahan dia membuka pintu lokernya. Kaget bukan main, di dalam lokernya terdapat potongan bangkai tikus yang penuh darah, lengkap dengan sebuah pisau yang berlumuran darah. Hira langsung mual melihat pemandangan lokernya yang seperti lautan darah.

"ASTAGA!" pekik Hira, sedetik kemudian tubuhnya terjerembab ke lantai.

Sontak para siswa-siswi langsung heboh melihat hal itu. Ditambah mereka juga melihat keadaan mengerikan di dalam loker Park Hira.

˖

Ruangan serba putih langsung menyapa indra penglihatan Hira saat membuka matanya. Sedetik setelahnya aroma obat-obatan.

Saat kesadarannya benar-benar sudah pulih dia berusaha mengambil segelas air mineral yang berada di nakas samping ranjangnya. Namun, Hira langsung terfokus dengan amplop hitam di bawah gelas tersebut.

Surat ini?! batin Hira kaget.

Segera dia bangkit dan membaca isi surat tersebut.

Halo, Ra.

Akhirnya kamu membalas suratku. Aku senang sekali, sampai bersemangat untuk memotong tikus ini dan memberikannya kepadamu.
Kamu benar-benar ingin bertemu denganku? Baiklah kita akan bertemu di Sungai Han nanti malam. Ku tunggu kamu, ya. 
Jangan sampai tidak datang!

—HNB

"Psikopat gila," ucap Hira pelan sambil meremas surat tersebut.

Selang beberapa menit, Sungyeo datang dengan raut panik terpampang jelas di wajahnya.

"Ra, u okay?" tanya Sungyeo cemas.

"Gak apa-apa kok, aku mungkin cuma syok aja," jawab Hira.

"Syukur deh, Ra. Aku tadi khawatir banget pengen ke UKS. Tapi, tadi gak bisa bolos," ucap Sungyeo dengan nada penyesalan.

"Gak masalah kok, Yeo," jawab Hira.

"Oh, iya. Kamu udah dapat balasan dari pengagum rahasiamu itu?" tanya Sungyeo penasaran.

"Enggak ada, Yeo," jawab Hira berbohong.

Meski begitu, ternyata Sungyeo mempercayainya.M

Maaf, Yeo.. aku harus berbohong, batin Hira menyesal.

Sebenernya Hira ingin memberitahu semuanya kepada Sungyeo. Tapi, dia sudah terlalu sering merepotkan Sungyeo. Maka dari itu, dia mengurungkan semua niatnya. Hira yakin dia bisa mengatasi semua ini sendiri.

Nanti malam. Nanti malam dia akan bertemu dengan pengagum rahasianya yang sudah hilang akal itu dan mengakhiri semuanya.

˖

Pukul 23.00 KST di Sungai Han.

Di sana Hira berdiri seorang diri sambil melihat pemandangan indah Sungai Han saat malam hari. Hira menunggu si pengirim surat datang yang sampai sekarang tak kunjung datang.

Namun, tiba-tiba mendapat perasaan buruk bahwa di belakangnya ada seseorang. Lantas dia menoleh ke belakang dan mendapati sesosok laki-laki dengan pakaian serba hitam menutupi tubuhnya dari atas hingga bawah.

Meskipun begitu Hira langsung mengetahui siapa laki-laki itu.

Han Nambok?!

Dia adalah Han Nambok, temannya sejak SMP yang menyukainya, secara berlebihan. Hira pernah menolaknya berkali-kali saat itu. Tapi, Nambok selalu saja melakukan hal gila. Hingga akhirnya Hira dan Jaechan memutuskan untuk pindah ke Seoul.

Hira bahkan kaget dan baru tahu kalau Han Nambok berada di Seoul dan bahkan satu SMA dengannya. Hira bahkan tidak menyangka bahwa selama ini pengagum rahasianya yang selalu mengirimkannya surat adalah Nambok. Mengetahui hal itu tubuh Hira melemas seketika.

Detik itu juga Hira menyadari bahwa di setiap surat yang dia dapat, bertuliskan inisial pengirim dengan huruf HNB. Ternyata tiga huruf itu merupakan inisial dari nama Han Nambok.

"N-nam..bok?" ucap Hira tergagap.

"Kamu kaget, Ra?" tanya Nambok sarkas.

"..."

"Kenapa diam, huh? Dulu kan sudah kubilang kalau aku akan mendapatkanmu, bagaimanapun caranya," ucap Nambok santai.

Dia mendekati Hira yang tubuhnya sudah gemetar karena ketakutan. Namnok kembali melanjutkan perkataannya, "Hal itu juga sudah tertulis di suratku bukan? Apa kamu masih tidak percaya bahwa aku ini menyukaimu? Aku ingin kamu jadi milikku, Ra."

"Han, kamu benar-benar gila," ucap Hira kepada Nambok.

"Ya, aku akui itu. Tapi aku gila karena kamu, Ra!" bentak Nambok.

"Han, mengertilah. Aku tidak mencintaimu, itu akan sia-sia meskipun kamu mendapatkan aku," ucap Hira perlahan.

"KALAU BEGITU, TIDAK BOLEH ADA SEORANGPUN YANG MEMILIKIMU JIKA AKU TIDAK BISA!" ucap Nambok dengan nada yang meninggi.

Mendengar itu tubuh Hira kembali gemetar hebat, bahkan dia sudah menangis ketakutan.

"Bagaimana jika kamu mati, Ra?" tanya Nambok dengan senyum mengerikan.

"H-hah?"

"Kamu tidak bisa berenang kan? Bagaimana jika kau ku dorong ke bawah sana?" ucap Nambok sambil melihat ke arah aliran air Sungai Han.

Hira langsung merasa posisinya tidak aman, karena dia berada tepat di pinggir dekat dengan Sungai Han.

"Kumohon jangan lakukan itu, Han. Kamu akan masuk penjara nanti. Ayo, kita bicarakan lagi baik-baik!" ucap Hira saking paniknya.

Namun percuma, Nambok tidak mendengarkannya. Nambok justru berjalan semakin dekat ke arahnya.

Hira hanya memejamkan matanya tidak berani melihat bagaimana nantinya jika dia benar-benar jatuh ke air.

satu detik.

dua detik.

tiga detik.

satu menit.

Karena tak kunjung merasakan dinginnya air. Hira membuka matanya dan terkejut dengan pemandangan yang dilihatnya. Di sana sudah terdapat banyak polisi, serta dia melihat Nambok sudah diamankan oleh dua orang polisi. Terdapat juga sosok Sungyeo yang sepertinya telah membawa para polisi kemari.

Hira lega sekali karena Nambok telah ditangkap. Tapi dia sudah sangat lemas, semua energinya terkuras habis saat menghadapi Nambok. Sedetik kemudian dia berlutut dan menutupi wajahnya, dia menangis mengeluarkan ketakutannya dan perasaan apapun yang terpendam di hatinya.

Tapi di saat yang sama Nambok memberikan perlawanan terhadap polisi yang hendak membawanya. Hingga akhirnya dia berhasil mengambil pistol milik salah satu polisi.

Nambok langsung mengarahkan mulut pistol itu kepada Hira yang nampaknya tidak sadar dengan situasi ini.

"Sudah ku bilang, jika aku tidak bisa mendapatkan kamu. Maka orang lain juga tidak akan pernah, Ra," ucap Nambok dan kemudian dia menekan pelatuk pistol itu hingga pelurunya habis.

Suara letupan peluru pistol itu terdengar jelas. Hira sampai membuka wajahnya dan menoleh ke depan.

Di sana, tepat di depannya dia melihat Sungyeo berdiri melindungi dirinya dari peluru sambil tersenyum ke arahnya. Hira sangat kaget dan masih bingung melihat kejadian itu. Lalu, detik berikutnya tubuh Sungyeo ambruk ke arahnya.

Hira langsung mencoba menangkup badan besar itu. Hingga dia menyadari bahwa tubuh Sungyeo telah mengeluarkan banyak darah karena peluru yang menembus tubuhnya.

"Ambulans! Cepat panggil ambulans!" teriak Hira panik.

"Tolong siapa saja! Hiks.. ambulans, bawakan ambulans ke sini, CEPAT!" jerit Hira murka.

Hira memeluk tubuh Sungyeo dengan erat, dia sangat sedih karena Sungyeo sampai tertembak demi melindunginya.

"Yeo, jangan tinggalin aku.. hiks... Kamu kuat kan , Yeo?" ucap Hira sambil menangis tersedu.

Sungyeo hanya tersenyum melihat Hira. Dia sangat senang bahwa gadis yang selama ini dia cintai diam-diam itu selamat tanpa luka apapun.

"Ra," panggil Sungyeo.

"Hiks.. kenapa, Yeo? Kenapa kamu tolongin aku," ucap Hira histeris.

"Ra, dengerin aku. Aku sekarang cuma pengen kasih tau kamu. Kalau sebenarnya aku menyukai kamu, Ra. Tapi aku tidak berani menyatakannya," ucap Sungyeo lemah, namun masih setia tersenyum.

"Hiks.. Yeo..."

"Mencintai dalam diam tidak salah kan, Ra?" ucapnya sambil tertawa pelan mengabaikan rasa sakitnya.

Hira tidak menjawab perkataan Sungyeo dan masih saja menangis.

"Ra, dengerin aku. Aku sayang kamu, tapi setelah ini kamu harus lanjutin kehidupan kamu seperti biasa, tanpa aku. Jangan nangis ya, Ra," ucap Sungyeo yang suaranya makin pelan.

"Yeo, sebentar lagi ambulansnya datang. Kamu harus kuat dong, hiks," ucap Hira sambil menangis.

"Aku gak bisa, Ra. Selamat tinggal," ucap Sungyeo terakhir kalinya sambil menunjukkan senyuman tulus.

"SUNGYEO, BANGUN. HIKS.. BANGUN, YEO!!" jerit Hira, meskipun percuma. Sungyeo tidak akan terbangun lagi.

Suara sirine ambulans kemudian terdengar. Namun terlambat sudah, karena saat itu juga Sungyeo menghembuskan napas untuk terakhir kalinya.

˖

Sungyeo tewas, dia menghembuskan napas terakhirnya di dalam pelukan Hira. Sungyeo lega, karena setidaknya dia sudah mengatakan perasaannya kepada Hira.

Sedangkan, Han Nambok, dia mendekam di penjara dan dijatuhi hukuman seumur hidup. Dia sudah mendapatkan hukumannya, meskipun tidak setimpal dengan apa yang telah dia perbuat.

Dan untuk Park Hira sendiri. Dia melanjutkan hidupnya sesuai dengan permintaan Sungyeo. Tapi, dia sedikit menyesal, karena dia baru menyadari perasaannya kepada Sungyeo.

"Yeo, aku sayang kamu juga. Aku pergi dulu, nanti aku kembali lagi," ucap Hira sambil menaruh buket bunga di atas makam Sungyeo.

"Sampai jumpa di kehidupan selanjutnya, Choi Sungyeo."

Setelah mengatakan hal itu, Hira berjalan meninggalkan area pemakaman. Hira pergi dengan membawa secercah harapan untuk bisa menjalani hidupnya seperti biasa. Meskipun tragedi itu  masih sangat membekas di memorinya.

─── ∙ ~εïз~ ∙ ───

Komentar